Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Gadjah Mada (Mapagama) telah melakukan kegiatan pendidikan lanjut Gladimadya Paralayang 2024 “Langit Daramaya”. Nama Langit Daramaya sendiri memiliki makna terbang bebas seperti burung di angkasa luas dengan pemandangan bak dunia maya, nama ini dipilih berdasarkan lokasi kegiatan penerbangan tim yang dilaksanakan di Desa Segorogunung, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi tersebut berada di Kaki Gunung Lawu serta dikelilingi oleh hamparan kebun teh yang memanjakan mata.
Tim ini terdiri dari enam orang dari berbagai fakultas serta angkatan, yaitu Sarasvati Baktiantoro (Ilmu Budaya 2023), Dzaki Nurfadhilah Shahrizal (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 2023), Dafa Nuradzika Rahman (Ekonomika dan Bisnis 2023), Cikal Pasee Uria Timur (Ilmu Budaya 2022), Erik Haldin Farekhan (Hukum 2022), serta Muhammad Ariyadi (Teknologi Pertanian 2022). Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangkaian 4 hari, yaitu sejak tanggal 7-10 November 2024 yang terdiri dari perjalanan dan penerbangan. Kegiatan Penerbangan berjalan pada tanggal 8-10 November 2024 di satu take off area dengan ketinggian 1340 mdpl. Terdapat dua landing area yaitu landing siswa dan landing resto. Setiap landing memiliki jarak serta ketinggian yang berbeda mulai dari landing siswa yang memiliki ketinggian 1125 mdpl dengan jarak 675 meter dari take off area dan landing resto yang memiliki ketinggian 890 mdpl dengan jarak 2.300 meter dari take off area. Masing-masing anggota melakukan sedikitnya 2 kali penerbangan, yaitu 1 kali pada landing siswa dan 1 lagi di landing resto.
Selama penerbangan di Kemuning, tim “Langit Daramaya” disuguhi panorama kebun teh yang memesona, terasering, serta pemandangan senja yang indah dari area take off hingga landing. Penerbangan sore hari menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi kami. “Pemilihan Kemuning sebagai lokasi gladimadya merupakan keputusan strategis, karena ini adalah kali pertama Mapagama mengadakan gladimadya paralayang di lokasi ini, dengan jarak take off hingga landing mencapai 2.300 meter—dua kali lipat dari jarak yang biasanya ditempuh saat Try Out dan Assessment di Bogor. Lapangan ini menghadirkan tantangan tersendiri, terutama dengan padatnya aktivitas perkuliahan. Kemampuan manajerial dan teknis sangat dibutuhkan agar kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik,” ujar Saras, selaku koordinator tim.
“Selain melakukan penerbangan, kami juga belajar banyak ilmu mulai dari teknik penerbangan, cara membaca angin, hingga mengambil keputusan dengan cepat dan tepat dengan senior-senior paralayang. Kami sangat berterima kasih kepada pihak yang telah membantu kami, seperti Tandem Kemuning dan Mas Pendi selaku pemilik villa Cakrawala Paragliding Club yang telah menyediakan kami tempat untuk beristirahat.” Tambah Dzaki yang bertindak sebagai koordinator lapangan kegiatan.