Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Gadjah Mada (Mapagama) telah melakukan kegiatan pendidikan lanjut Gladimadya Panjat Tebing 2024 “Gili Paramadiwa”. Nama Gili Paramadiwa sendiri memiliki arti surga di tanah yang tinggi, nama ini dipilih berdasarkan lokasi kegiatan pemanjatan tim yang dilaksanakan di Lembah Harau, Jorong Padang Torok dan Jorong Harau, Nagari Harau, Provinsi Sumatera Barat. Lokasi tersebut berada di dataran yang tinggi serta dikelilingi hamparan tebing yang menjulang ke langit. Tim ini terdiri dari enam orang dari berbagai lintas jurusan serta angkatan, yaitu Absharin Fatiha Zaira (Sekolah Vokasi 2022), Maslakhatul Mufidah Muniroh (Sekolah Vokasi 2023), Katarina Rosiana Dewi (Sekolah Vokasi 2022), Luqman Hasan (Sekolah Vokasi 2023), Michael Handoyo (Ekonomika dan Bisnis 2022), serta Sabila Zanaya Firdaus (Sekolah Vokasi 2022).
Kegiatan Gladimadya Panjat Tebing 2024 “Gili Paramadiwa” ini dilaksanakan dalam rangkaian 12 hari, yaitu sejak tanggal 1-12 Agustus 2024 yang terdiri dari perjalanan, pemanjatan, serta pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan pemanjatan berjalan pada tanggal 5-7 Agustus 2024 di tiga blok tebing yaitu Camp Wall, Echo Wall, dan Waterfall Wall. Terdapat 33 jalur pemanjatan yang tersebar di tiga blok tersebut. Setiap jalur memiliki ketinggian serta grade kesulitan yang berbeda mulai dari ketinggian 15-250 meter dengan grade tebing 5b-7b.
Usai Pemanjatan terdapat kegiatan pengabdian masyarakat yang sesuai dengan tri dharma perguruan tinggi di Kota Padang pada 9 Agustus 2024 tepatnya di SDN 13 Kapalo Koto yang terletak di Jalan Kapalo Koto, Kecamatan Pauh, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat dengan bahasan “Edukasi Kebencanaan Gempa Bumi”. Target kegiatan edukasi ini adalah siswa kelas 5 SD yang terbagi di dua kelas. Edukasi kebencanaan gempa bumi ini dipilih lantaran Kota Padang merupakan kota yang rawan akan bencana gempa bumi dan tsunami sehingga harapannya siswa-siswa di sekolah tersebut dapat memahami langkah apa yang perlu diambil saat terjadi gempa bumi.
Lembah Harau maupun Sumatera Barat menyimpan begitu banyak hal menarik yang sangat menyenangkan untuk dieksplorasi lebih lanjut. Lembah Harau dengan keadaan geografis yang terletak di dataran tinggi membuat lingkup alamnya begitu subur dan mata pencaharian masyarakat sekitar mayoritas adalah bertani. Lembah Harau cukup dingin di malam dan pagi hari dengan suhu rata-rata berkisar 18-19°C. Bangunan-bangunan di Sumatera Barat juga memiliki arsitektur yang unik yaitu menggunakan atap gonjong di atasnya, hal ini tidak hanya berlaku pada rumah gadang ataupun bangunan tradisional, tetapi juga pada bangunan-bangunan pemerintahan, bank, sekolah, dan banyak bangunan lainnya. Sumatera Barat merupakan daerah dengan ‘surga’ kuliner, yang memiliki kecenderungan rasa masakan asin, gurih, dan pedas. Makanannya juga kaya akan rempah yang menambah kelezatan akan hidangan tersebut. Selama kegiatan pemanjatan di Lembah Harau mata kita akan dimanjakan dengan keindahan tebing-tebing tinggi dengan balutan kabut putih di pagi hari, sedangkan di sore hari tebing-tebing tersebut akan terlihat indah bercahaya keemasan akibat pantulan matahari di sore hari. Saat berkunjung ke Lembah Harau, tim mendapatkan kesempatan untuk melihat sejumlah pertunjukan seni seperti Saluang, Talempong, dan Tabuak.
Absharin Fatiha Zaira, Koordinator Tim Gladimadya Panjat Tebing “Gili Paramadiwa”, menyatakan bahwa dirinya bersama teman-teman belajar akan banyak hal. Keterampilan seperti kepemimpinan yang baik, bagaimana memanajemen sebuah perjalanan panjang, serta beradaptasi dengan berbagai budaya baru dilatih selama perjalanan ini.
“Menurutku Gladimadya Gili Paramadiwa merupakan sebuah ruang belajar tanpa sekat, mulai dari belajar untuk menurunkan ego, lebih menghargai sesama, hingga memaknai lebih dalam arti keluarga dan persahabatan,” ucap Sharin