Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Peduli Difabel Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil menyelenggarakan event Harmoni Inklusi 2022 dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional pada hari Sabtu (3/12) di Gedung Balairung UGM. Acara bertajuk See: My Harmony ini dimeriahkan dengan talkshow inspiratif, pertunjukan musik dan tari, serta sesi belajar bahasa isyarat. Selain itu, acara ini juga dihiasi dengan berbagai lukisan menarik karya Jogja Disability Arts.Tema acara pada tahun ini adalah Sandya Abhipraya, yang berarti cita-cita dalam persatuan. Tema sekaligus tagline ini merupakan tujuan utama UKM Peduli Difabel UGM untuk menciptakan inklusivitas bagi penyandang disabilitas.
Acara ini tidak hanya dihadiri oleh teman-teman penyandang disabilitas, tetapi juga masyarakat umum yang peduli terhadap isu disabilitas.Ndaru Patma Putri, selaku atlet tenis difabel ASEAN Para Games menceritakan perjuangannya sebagai seorang penyandang disabilitas akibat bencana gempa bumi di Yogyakarta pada tahun 2006. Menyerah untuk hidup seringkali terbesit di pikiran Ndaru, namun olahraga tenis rupanya menjadi salah satu alasan baginya untuk terus berjuang di tengah keterbatasan yang ia miliki. Sebagai sosok atlet berprestasi, Ndaru berpesan kepada para difabel untuk terus berjuang dan mengalihkan keterbatasan menjadi sebuah upaya pengembangan diri. Baginya, lingkungan yang ada tidak sepenuhnya ramah bagi penyandang disabilitas, tetapi banyak upaya telah dilakukan untuk mewujudkan lingkungan yang ramah disabilitas tersebut.
Selain Ndaru, Kikin Tarigan, Komisioner Komisi Nasional Disabilitas Indonesia, turut hadir dan berbicara tentang upaya pemerintah dalam merintis kebijakan inklusif. Menurut Kikin, “Saat ini, upaya yang bisa dilakukan adalah berkonsentrasi untuk mewujudkan kolaborasi dengan perguruan tinggi karena perguruan tinggi berperan langsung terhadap proses penelitian dan sikap kritis mahasiswa hingga nanti pemimpin-pemimpin yang lahir di kampus diharapkan dapat memiliki misi untuk mewujudkan Indonesia yang inklusif”. Selain itu, Kikin berharap agar Hari Disabilitas dapat menjadi hari kita semua, tidak hanya untuk penyandang disabilitas saja sebagai bentuk saling menghargai.
Setelah talkshow, terdapat ruang belajar interaktif antara teman Tuli dan para peserta dalam kelas bahasa isyarat bersama Gerkatin (Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia). Sesi ini menarik antusiasme tinggi bagi para peserta yang hadir. “Seru banget kelas bahasa isyaratnya, pengen lanjut belajar lagi!”, ungkap salah satu peserta yang hadir.
Rangkaian acara ditutup dengan pertunjukkan musik dan tari yang meriah dari IKPMJ, Omah Sindhen, dan Endang Sundayani. Kak Wahyu Rahmad Dullah dari Omah Sindhen merupakan seorang Tuli yang berbakat dalam menari, begitu pula Ibu Endang merupakan seorang tuna daksa dengan suara sangat merdu. Penampilan mereka tidak hanya menyampaikan kisah-kisah inspiratif dan bakat dari teman-teman difabel, tetapi juga membuka cara pandang agar audiens dapat memandang penyandang disabilitas sebagai bagian dari masyarakat pada umumnya yang memiliki talenta luar biasa, bukan hanya sebagai kelompok yang termarginalisasi.
“Semoga Harmoni Inklusi bisa menyebarkan inklusivitas dan juga memberi wadah kepada teman-teman difabel untuk menyalurkan bakat dan cerita-cerita mereka,” ujar Vania selaku ketua Harmoni Inklusi 2022.