“Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya” – Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat.
Kartini menjadi sosok teladan dalam hal ketangguhan seorang perempuan. Hal ini menjadikan Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Gadjah Mada (Mapagama) menjadikan momentum Hari Kartini sebagai ajang untuk menunjukkan eksistensi perempuan dalam pengabdian kepada masyarakat dan kegiatan kepencintaalaman. Setelah fokus “bermain” di Pulau Jawa dan Sulawesi pada tahun-tahun sebelumnya, tahun ini Kartini Mapagama akan melakukan kegiatan yang bertajuk “Ekspedisi Putri Tanah Minang” di Pulau Sumatera, tepatnya di Desa Pinaga, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat.
Sebanyak 12 mahasiswi dari Mapagama dan satu mahasiswi Internasional UGM yang bertolak menuju Sumatera Barat pada tanggal 17–27 April 2019. Anggota tim yang akan berangkat meliputi Demetria Alika P (Kehutanan, 2018), Aloysiana Intan O.D (Ilmu Budaya, 2018), Nur Rima R (Fisipol, 2018), Linasari (Sekolah Vokasi, 2018), Deswita Ayu Wandira (Ilmu Budaya, 2017), Alfira Ihda (Sekolah Vokasi, 2017), Rahayu Septiningsih (Sekolah Vokasi, 2016), Alfia Municha (Ilmu Budaya, 2016), Mayang Sari (Filsafat, 2016), Hajar Lutviah (Kehutanan, 2015), Eva Lutvi Atur N (Fisipol, 2014), Chordya Iswanti (Pertanian), dan Miranda Ellen Lucas (Ilmu Budaya, 2018).
Kegiatan besar kali ini sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya, yaitu berupa pengabdian dan pendidikan yang dilakukan di SDN 21 Pasaman dan masyarakat sekitar kaki Gunung Talamau via Pinaga. Kegiatan yang dilakukan memberikan edukasi tentang Pendidikan Cinta Lingkungan dan Kesehatan Reproduksi. Hal yang melatarbelakangi Kartini Mapagama melakukan edukasi ini adalah melihat perilaku remaja milenial saat ini yang telah menginjak ke tahap yang cukup memprihatinkan serta kurangnya akses informasi mengenai kesehatan reproduksi. Hingga saat ini, pendidikan tentang kesehatan reproduksi masih dianggap tabu oleh beberapa kumpulan masyarakat, padahal pendidikan ini sangat penting disampaikan sejak dini untuk memberikan bekal kepada anak-anak Indonesia akan bahaya kekerasan seksual terhadap anak yang menjadi isu yang terus-menerus berkembang dari tahun ke tahun di Indonesia. Upaya ini juga ditujukan untuk membangun kesadaran anak-anak dan remaja mengenai cinta lingkungan yang sehat dan bersahabat. Untuk itu, Kartini Mapagama menginginkan perubahan yang lebih baik untuk anak-anak Indonesia generasi bangsa.
Selain itu, Kartini juga melakukan pendakian di Gunung Talamau (atap tertinggi di Sumatera Barat dan gunung yang memiliki kaldera terbanyak di Indonesia) menjadi imbalan untuk para Kartini yang telah melakukan upaya memberikan edukasi di kaki Gunung Talamau tersebut. Dalam pendakian kali ini tim mencoba tetap konsisten dengan menerapkan ‘Less Waste’, yang tahun sebelumnya telah diterapkan melalui pendakian di Gunung Latimojong, Sulawesi Selatan. Penerapan Less Waste ini berupa tidak adanya penggunaan barang yang menghasilkan sampah plastik yang susah diurai pada seluruh logistik pendakian. Semua menggunakan wadah ramah lingkungan yang tidak sekali pakai dan mudah diurai. “Harapan kami, selain memberikan edukasi cinta lingkungan kepada orang lain alangkah baiknya dimulai dari kesadaran dan aksi nyata yang dilakukan oleh diri kita sendiri serta sebagai salah satu langkah persuasif bagi para penggiat alam lainnya untuk mengurangi penggunaan barang yang menghasilkan sampah plastik dalam kegiatan berpetualangan”, ujar Deswita Ayu selaku Koordinator Tim. (Nofita/Ditmawa)