“Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (HMP UGM) harus bisa menjadi pelopor organisasi kemahasiswaan di kampus. Pasalnya, HMP telah memiliki pengalaman organisasi yang cukup mumpuni ketika masih berada di tingkat srata satu (S1) ataupun di tingkat diploma”, harapan Rektor UGM, Prof. Panut Mulyono dalam kegiatan Buka Puasa Bersama HMP UGM di Gedung Selasar Balairung.
Jumat (25/5), HMP UGM mengadakan acara buka puasa bersama anak-anak Panti Asuhan Miftahunajah. Acara ini dihadiri juga oleh Rektor UGM dan para pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pascarsarjana UGM. “Semangat Ramadhan Penguat Kapasitas Spiritual dan Keilmuan dalam Berbagi” menjadi tema yang diangkat dalam kajian menjelang buka bersama. Kajian ini merupakan salah satu program kerja dari kepengurusan HMP tahun ini.
Prof. Panut di dalam materinya menjelaskan, bahwa bulan puasa merupakan bulan di mana kita harus menjadikannya sebagai bahan introspeksi dalam menjaga rasa persatuan, meningkatkan rasa empati, dan menjalin sinergisitas dengan semua kalangan, termasuk organisasi kemahasiswaan di tingkat srata satu ataupun di tingkat diploma. Mengenai harapan tersebut, Ketua HMP UGM, Zaidan Zikri Maleem mengatakan, sinergisitas antara HMP dan organisasi mahasiswa strata satu (diploma) memang sangat diperlukan untuk menciptakan iklim yang kondusif dan tentunya bisa memberikan kontribusi besar, baik bagi UGM maupun bagi masyarakat, bangsa dan negara.
Politik identitas menjadi bahasan kajian selanjutnya oleh Prof. Panut. Menurut beliau, politik identitas jika salah dimanfaatkan untuk kepentingan politik semu, tentunya akan sangat berpotensi memecah-belah kerukunan dan keutuhan bangsa dan negara Indonesia. Selama hampir 73 tahun merdeka, negeri ini masih mempersoalkan ideologi bangsa dan negara lewat pihak-pihak tertentu. Senada dengan hal tersebut, Zaidan mengatakan, bahwa Indonesia dibangun atas keberagaman suku, agama, dan ras, sehingga persatuan dan kesatuan bangsa patut dijaga teguh. Karena itu, siapapun dan apapun yang berusaha mengguncang Indonesia patut digugat. “Oleh karena itu, ideologi yang cocok dengan kondisi kultural Indonesia adalah ideologi Pancasila. Sebab, Indonesia dibangun atas nama keberagaman”, tambah Prof. Panut.
Di dalam kepengurusan HMP UGM tahun ini, seminar-seminar dan diskusi ilmiah dalam menjawab kebutuhan dan tuntutan masyarakat, bangsa dan negara, melalui kegiatan-kegiatan keilman telah diselenggarakan. Hal ini sejalan dengan kabinet kerja HMP, yakni Kabinet Kontribusi Intelektual Negarawan. Ini merupakan roh yang membuat HMP bisa menyelenggarakan berbagai kegiatan, termasuk di dalamnya karya-karya tulis ilmiah di jurnal, dan karya tulis lainnya. (Humas HMP/Lathif)