Memeringati Ambal Warsa ke-50 Unit Kesenina Jawa Gaya Surakarta (UKJGS) UGM dan Dies Natalis ke-69 UGM, UKJGS mengadakan Semarak Pementasan Wayang. Terdapat beberapa rangkaian acara yang dilakukan dalam kegiatan ini, yaitu seminar wayang, donor darah, pagelaran wayang kulit, serta pagelaran wayang orang.
Pagelaran Wayang Orang Lampahan “Karna Tanding” pada Sabtu (1/12) di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri merupakan puncak sekaligus penutup rangkaian acara ambal warsa. Dalam pagelaran ini, tidak hanya mahasiswa anggota UKJGS yang turut mengambil peran, melainkan juga beberapa alumni UKJGS serta dosen.
Prof. Yoyok W. Subroto, M. Eng., Ph.D. selaku ketua panitia Dies Natalis UGM mengungkapkan bahwa ada beberapa guru besar, professor, dan dosen yang turut mengambil peran dalam pentas. “Ada sebanyak delapan guru besar dan empat dekan yang nanti tampil untuk menyuguhkan penampilan khusus,” katanya.
Wayang Orang Lampahan “Karna Tanding” mengisahkan Adipati Karna Lena yang telah diangkat sebagai senapati Kurawa. Pengangkatan ini menimbulkan ketegangan antara dirinya dengan sang mertua, Prabu Salya, terlebih Karna meminta sang mertua menjadi sais keretanya.
Karna dianggap sebagai orang yang sombong dan juga mengobarkan semangat perang para Kurawa. Pada saat berperang, Karna dipertemukan dengan Arjuna yang semula ragu untuk berhadapan dengan sang saudara. Namun, keraguan Arjuna akhirnya hilang setelah Prabu Kresna memberi wejangan sehingga Arjuna sadar bahwa dirinya tidak boleh ragu dalam bertindak.
Pada akhirnya, Karna terkena panah Pasopati dan tewas saat berhadapan dengan Arjuna. Setelah berhadapan dengan Karna, Arjuna pun harus berhadapan dengan Kaladite, keris Karna yang keluar pasca dirinya meninggal. Namun, serangan ini berhasil ditepis Arjuna dan dirinya bisa selamat dari kematian dalam Perang Baratayuda.
Terlaksananya pagelaran wayang ini merupakan sebuah bentuk komitmen UGM dalam usaha melestarikan budaya nusantara. Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng. selaku Rektor UGM, mengungkapkan bahwa sebagai universitas yang memiliki jati diri sebagai universitas pusat kebudayaan, UGM sudah seharusnya mengembangkan berbagai seni atau pagelaran di negeri ini.
“Kegiatan-kegiatan seperti ini harus kita kembangkan agar bisa menjadi budaya yang membawa bangsa ini sebagai bangsa yang berbudaya. Ini adalah salah satu bentuk kontribusi UGM dalam mengembangkan budaya nusantara,” tutur Prof. Panut.
Prof. Panut pun mengucapkan rasa terima kasihnya pada semua pihak yang turut andil dalam kegiatan pelestarian budaya ini. Ia pun memberikan apresiasi pada penampilan-penampilan kesenian pembuka pagelaran wayang ini, yang menurutnya adalah sebuah karya seni yang luar biasa.
“Apa yang kita saksikan tadi adalah hal yang sangat luar biasa. Saya harap cerita-cerita yang nanti disampakan dalam wayang orang ini bisa memberi pesan kepada kita entah itu tentang kesetiaan atau pun sifat-sifat seorang ksatria,” pungkasnya.
Selain menampilkan Wayang Orang Lampahan “Karna Tanding”, terdapat pula penampilan Karawitan dari Panti Asuhan Binasiwi, Tari Among Siwi, Tari Golek Manis, dan Tari Srimpen Candhik Ayu. Tak hanay itu, sebelum pagelaran wayang orang dimulai, disuguhkan sebuah Babak Pra-Lakon bertajuk “Prahara Hoax” yang diperankan oleh beberapa dosen UGM.