Ada yang tidak biasa di Bulan April tahun ini, empat penerbang muda Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Gadjah Mada (MAPAGAMA) sedang berusaha mengejar impiannya untuk mengarungi angkasa. Mereka bertolak ke Puncak Bogor, Jawa Barat untuk pelatihan paralayang pada 8 – 29 April 2018.
Empat mahasiswa yang tergabung dalam Divisi Paralayang MAPAGAMA tersebut yaitu, Alief Fahmil Umam (Sekolah Vokasi), Aulia Romadhona. E (Fakultas Filsafat), Hanggara Tala .S (Fakultas Filsafat) dan Miftachul Hanifah (Sekolah Vokasi). Mereka berlatih dibawah bimbingan langsung oleh Gendon Subandono yang merupakan pelopor dalam olahraga paralayang di Indonesia. Selain itu, dalam kegiatan ini tim juga melakukan social mapping terhadap masyarakat yang tinggal di area Puncak Bogor.
Keberangkatan tim ke Bogor kali ini juga merupakan bukti keseriusan MAPAGAMA dalam mengembangkan Divisi Paralayang yang baru resmi dibentuk tahun lalu. “Kita sangat memerlukan SDM yang mumpuni dalam olahraga ini, karena itulah kita berangkat ke Bogor untuk mendapat bimbingan langsung dari mas Gendon”, Ungkap Alief Fahmil Umam selaku kepala Divisi Paralayang MAPAGAMA saat ini.
Lamanya waktu kegiatan yang hampir tiga minggu bertujuan untuk anggota tim bisa mendapat banyak jam terbang. Namun, karena sering cuaca buruk dengan hujan ditambah angin kencang, membuat tim lebih banyak berlatih Ground Handling sembari menunggu cuaca normal kembali. “Ini memang salah satu bagian dari olahraga paralayang, yaitu parawaiting. Dimana kita memang sangat bergantung pada kondisi cuaca” ungkap Gendon yang juga saat ini menjadi pelatih Timnas Paralayang Indonesia untuk persiapan menjelang Asian Games 2018.
Gendon juga menerangkan bahwa kondisi Cuaca di puncak tahun ini merupakan yang terburuk selama puluhan tahun ia berada disana. Bulan Maret harusnya sudah masuk musim kemarau sehingga sangat ideal untuk terbang, akan tetapi hingga akhir April masih belum ada tanda-tanda akan memasuki musim kemarau. “Hal ini tak lepas dari dampak pemanasan global yang makin hari makin parah” ungkap Hanggara Tala selaku Kordinator Lapangan pada kegiatan ini. “Walaupun sedikit menjengkelkan memang, karena lebih banyak menunggu cuaca bersahabat, tetapi hikmahnya kami bisa mendapat banyak data social mapping dari warga yang kami wawancarai karena tersedianya waktu,” tambahnya.
Hanggara juga menjelaskan bahwa kondisi cuaca yang buruk di puncak saat ini, berimbas pada pendapatan masyarakat disekitar puncak menjadi menurun. Hal ini dikarenakan wisatawan domestik maupun mancanegara yang datang tidak sebanyak ketika cuaca bagus. “Dengan kondisi seperti ini, pendapatan masyarakat menurun hingga 70-80% dibanding biasanya,” pungkas Hanggara.(Humas MAPAGAMA/ Yuana Putra)