Program Wirausaha Merdeka (WMK) UGM telah melahirkan 40 inovasi produk usaha. Program yang merupakan bagian dari Kampus Merdeka Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ini memiliki tujuan, yaitu memantik minat dan semangat mahasiswa dalam berwirausaha hingga mendorong peningkatan pengalaman wirausaha mahasiswa. Di tahun kedua Program WMK, Universitas Gadjah Mada terpilih sebagai salah satu Perguruan Tinggi Pelaksana Program WMK. Sebanyak 251 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia telah berhasil tergabung dengan Program WMK UGM. Selama Program WMK UGM, mahasiswa menjalani tahapan pre-immersion, immersion, dan post-immersion. Tahap immersion merupakan tahap yang paling ditunggu oleh para mahasiswa, karena di tahap ini mahasiswa menjalani magang pada usaha yang menjadi Mitra WMK UGM. Dari magang ini, mahasiswa WMK UGM diwajibkan untuk membuat sebuah inovasi produk usaha. Salah satu kelompok WMK UGM yang berhasil membuat inovasi produk usaha yaitu kelompok Fantasix.
Fantasix beranggotakan beranggotakan 6 anggota yang berasal dari berbagai daerah, diantaranya Felita Dwi Rahmawati dari Universitas Negeri Yogyakarta, Syafrizal Alfansuri Defaron Syahna dari Universitas Negeri Yogyakarta, Muhammad Yusuf Kurniawan dari Universitas Negeri Yogyakarta, Rizka Amalia Rah Fitra dari Universitas Negeri Yogyakarta, Hayatun Nufus dari Universitas Islam Riau, dan Setyo Rahman Santoso dari Universitas Surakarta. Fantasix merupakan kelompok usaha bidang kuliner yang berkesempatan magang di PT. Hardjo Andrawina Nusantara (PT. HAN) di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Inovasi produk usaha yang diciptakan yaitu produk sereal yang terbuat dari ubi ungu dan kacang kedelai.
“Ide produk ini bermula dari keinginan kami untuk berinovasi menggunakan bahan pangan lokal, sebelumnya kami memiliki umbi garut, namun sayangnya olahan sereal dengan bahan baku utama umbi garut sudah banyak. Sehingga kami memutar otak untuk menciptakan sebuah inovasi, hingga akhirnya memilih ubi ungu. Kami membuat produk sereal karena di Indonesia sendiri produk sereal masih banyak diimpor.” Ungkap Felita Dwi saat diwawancarai.
Hayatun Nufus juga menambahkan bahwa ubi ungu memiliki kandungan gizi yang baik dan warna yang menarik jika dijadikan sereal. Sehingga Fantasix menciptakan nama produk “Bireal” yang berasal dari padanan kata Ubi dan Sereal.
“Harapannya Bireal hadir sebagai makanan sereal lokal yang menyenangkan dan praktis dimakan saat sarapan maupun untuk teman bersantai. Bireal juga dapat disajikan saat panas maupun dingin” tambah Hayatun Nufus.
Fantasix mengungkapkan bahwa selama proses pembuatan Bireal, mereka menghadapi berbagai tantangan dan hambatan, seperti keterbatasan alat dan mencari formula produk. Namun, berkat ketekunan dan kerja sama tim, Fantasix berhasil mencari cara dan tekun dalam membuat formula baru untuk produk Bireal. Fantasix selalu mengidentifikasi kesalahan dan kegagalan dalam tiap proses pembuatan prototipe hingga akhirnya menemukan formula resep yang pas.
“Selama proses magang cukup banyak pembelajaran yang kami dapatkan, yaitu manajemen waktu yang baik, relasi kami semakin luas, melatih public speaking, peningkatan keterampilan pembuatan produk, dan tanggung jawab jobdesk tiap individu.” ungkap Rizka Amalia selaku anggota Fantasix.
Melihat perjalanan dari kelompok Fantasix, terungkap bahwa proses ini bukan hanya sekedar menciptakan produk, namun juga memberikan pelajaran berharga. Manajemen waktu, pengembangan relasi, public speaking, hingga tanggung jawab individu adalah beberapa pembelajaran yang didapatkan selama proses magang immersion.