Bertepatan dengan Hari Kartini (21/4), Kelompok Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Gadjah Mada (Mapagama) berangkat menuju Baraka, Enrekang, Sulawesi Selatan untuk melaksanakan kegiatan “Ekspedisi Putri Tanah Daeng”. Selama enam hari Tim Mapagama berada di Enrekang untuk kegiatan pendakian dan pengabdian dalam rangka merayakan Hari Kartini.
Mapagama diwakili oleh delapan mahasiswa yaitu Heni Ismawati (Sekolah Vokasi), Sheila Fita Anjani (Fakultas Filsafat), Chordya Iswanti (Fakultas Pertanian), Deswita Ayu Wandira (Fakultas Ilmu Budaya), Eva Lutvi Atur R.N. (Fakultas Isipol), Nabila H. Salma (Fakultas Ekonomika dan Bisnis), Sitaresmi (Fakultas Teknologi Pertanian), dan Alfira Ihda N. (Sekolah Vokasi).
Kedelapan Kartini Mapagama ini terinspirasi oleh semangat juang R.A Kartini pada masa lalu. Semangat untuk membawa perubahan yang lebih baik bagi anak-anak Indonesia yang ditunjukkan dengan memberikan edukasi mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas pada siswa SD.
Selama ini, pendidikan seks masih dianggap tabu untuk dibicarakan, padahal hal ini penting diajarkan pada anak sejak dini. Lewat pendidikan seks anak-anak dapat memahami kondisi tubuh dan perbedaan lawan jenisnya. Memberikan pendidikan seks juga merupakan salah satu upaya untuk menghindarkan anak dari kekerasan seksual dengan mengajarkan bagian tubuh mana saja yang harus dijaga dan tidak boleh disentuh orang lain sembarangan.
Koordinator kegiatan Heni Ismawati, mengatakan bahwa kegiatan ini menyasar anak-anak kelas 4 sampai kelas 6 SDN 186 Baraka. Anak-anak diajak untuk mengenal organ reproduksi dan cara menjaga kesehatan organ reproduksi tersebut. “Pemberian materi kita lakukan dengan permainan dan pemutaran film pendek supaya anak lebih mudah memahami materi yang disampaikan,” tambah Heni.
Selain itu, Tim Mapagama juga memberikan pelatihan antisipasi kejahatan seksual kepada anak-anak. “Harapannya lewat pelatihan ini anak-anak mengetahui apa itu kekerasan seksual serta paham tindakan apa yang harus dilakukan jika berada dalam situasi yang berpotensi bahaya,” pungkas Heni. (Humas Mapagama/ Juli)