Selasa (27/3) Ditmawa mengadakan Lokakarya Pembina UKM di Gadjah Mada University Club, Bulaksumur. Kegiatan yang dihadiri oleh seluruh pembina UKM ini memiliki tiga tujuan utama. Pertama, merumuskan prinsip dan arah pembina organisasi kemahasiswaan UGM yang sesuai dengan visi dan misi UGM. Selanjutnya untuk merumuskan pembentukan, pengembangan, dan evaluasi organisasi. Terakhir yaitu merumuskan dasar-dasar penyusunan kurikulum dan pengembangan penjaminan mutu internal organisasi kemahasiswaan.
Terkait dengan aktivitas UKM, Aprillia Firmonasari, S.S., M.Hum., DEA selaku pembina UKM Catur mempertanyakan potongan harga pemakaian fasilitas UGM seperti GSP dan University Club. Menanggapi hal ini Direktur Kemahasiswaan Dr. R. Suharyadi, M.Sc. mengatakan bahwa potongan harga untuk sewa fasilitas tersebut tentunya ada. “Nanti tinggal komunikasi dengan pihak Ditmawa agar ada kemudahan dalam prosesnya, yang penting keperluan penggunaannya bukan untuk komersial,” jawabnya.
Terkait pembahasan mengenai pembina UKM, Dr. Ir. Saiful Rochdyanto, M.S., pembina UKM Bulutangkis, mengatakan bahwa pembina dan pelatih harus selalu memantau dan merencanakan evaluasi untuk memperbaiki kinerja UKM. “Ini nantinya bisa memberi keluaran berupa kaderisasi yang baik serta prestasi yang banyak,” katanya. Dr. Saiful juga menambahkan bahwa perlu dibuat sebuah skala penilaian organisasi kemahasiswaan bagi UKM yang tidak bisa memberi medali, salah satunya UKM Kerohanian, sehingga ada penilaian merata untuk semua UKM.
Selain membahas terkait peran pembina, lokakarya juga membahas kurikulum UKM. Dr. Sindung Tjahyadi, M.Hum., Kasubdit Organisasi dan Fasilitas Mahasiswa, mengatakan bahwa seluruh lapisan berperan dalam perubahan dan evaluasi selama revisi dan perkembangan UKM. Ia menambahkan bahwa kurikulum UKM berguna untuk menyempurnakan Audit Mutu Internal melalui prestasi dan reputasi yang maksimal. “Nanti seluruh UKM akan menyusun proposal kegiatan lokakarya penyusunan kurikulum UKM yang dilakukan dengan pembina,” ungkapnya.
Menanggapi hal ini, drg. Ika Dewi Ana, M.Kes., Ph.D. selaku pembina UKM Badan Penerbitan Pers Mahasiswa mengusulkan untuk mencari format dan tujuan terlebih dahulu sebelum menentukan kurikulum. “Harus ada format yang pas dan dipahami bersama, lalu kita tentukan kegiatan-kegiatan yang relevan. Barulah kita bentuk sebuah kurikulum,” katanya. Ia menambahkan bahwa UKM harus mendapat panduan pembuatan kurikulum yang menyangkut garis pokok isi kurikulum.
Di sisi lain, Dr. Ing. Ir. E Pradipto, pembina UKM Taekwondo dan Judo, mengatakan bahwa kurikulum untuk UKM perlu diperjelas lagi. Menurutnya sebuah kurikulum UKM haruslah menarik sehingga mampu menarik minat mahasiswa untuk bergabung. “Kurikulum yang dibuat juga harus mampu menarik perhatian mahasiswa, sehingga nantinya UKM tersebut dapat berkembang dengan pesat karena memiliki banyak anggota,” katanya.