Tahun 2017, quick win Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan Rencana Kegiatan Anggaran Tahunan (RKAT) Universitas Gadjah Mada (UGM) menetapkan prestasi mahasiswa di tingkat internasional sebagai pioritas nomor satu di antara sepuluh prioritas lainnya. Hal itu disampaikan oleh Kasubdit Kreativitas Mahasiswa, Ahmad Agus Setiawan, S.T., M.Sc., Ph.D., dalam acara penentuan dana bantuan pengadaan untuk komunitas lomba UGM, Kamis (12/1).
“Mulai tahun ini, jangan melihat lomba di tingkat nasional sebagai tujuan akhir. Namun, prestasi di tingkat internasional juga sangat di-encourage,” tuturnya di hadapan mahasiswa dan pembimbing komunitas lomba dalam acara tersebut.
Pada kesempatan tersebut, Agus menyampaikan realisasi anggaran pengadaan barang yang akan diperoleh komunitas-komunitas tersebut. Ia tidak menampik adanya penurunan anggaran yang cukup signifikan untuk pengadaan barang tersebut.
“Tahun ini dana yang dianggarkan untuk pengadaan barang relatif menurun drastis, untuk itu kami lakukan beberapa penyesuaian dan rasionalisasi atas dana yang dianggarkan untuk komunitas-komunitas ini. Hal itu kami dasarkan pada prestasi yang diperoleh komunitas itu pada tahun 2016 dan beberapa pertimbangan lain,” ujarnya.
Fajar Fitrahadi Danda dari komunitas Bimasakti UGM menyayangkan penurunan angggaran tersebut. Menurutnya, hal tersebut kontradiktif dengan quick win yang telah ditetapkan oleh pihak universitas. “Sepertinya sedikit kontradiktif, karena di awal di universitas quick win-nya meningkatnya prestasi mahasiswa di internasional,” katanya.
Usulan Pencarian Bakat
Di kesempatan yang sama, dibahas pula strategi-strategi yang akan dilakukan untuk meraih prestasi di tahun 2017. Salah satu yang menjadi bahasan hangat adalah usulan scouting bakat-bakat baru di bidang Olimpiade Nasional MIPA (ON-MIPA) yang berasal dari Olimpiade Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi dan juga di bidang TIK yang berasal dari TOKI (Tim Olimpiade Komputer Indonesia).
“Bagaimanapun karena ON-MIPA itu spesifik, di mana mereka mungkin dibutuhkan bakat-bakat yang memang dari SMA itu sudah berkecimpung di bidang itu. Apakah Ditmawa bisa memberikan fasilitas sehingga pada waktu proses recruitment mahasiswa baru itu bisa memfasilitasi mereka-mereka yang unggul di bidang matematika, kimia, fisika, dan seterusnya yang memungkinkan bisa masuk ke bidang yang sesuai sehingga di bidang ON MIPA itu minimal setiap tahun satu trigger yang memungkinkan mereka menjadi mercusuar bagi mahasiswa lain,” tutur Dr. Budi Surodjo, M.Si., dewan pembina komunitas ON-MIPA UGM.
Hal yang serupa juga disampaikan oleh dewan pembina komunitas ON-MIPA lainnya, Prof. Dr. Ch. Rini Indarti, M.Si. Menurutnya, pembinaan mahasiswa yang akan mengikuti olimpiade MIPA harus dilakukan sedini mungkin. Ia juga tidak memungkiri bahwa latar belakang seorang mahasiswa juga memiliki pengaruh yang signifikan dalam proses pembinaan mahasiswa menjelang lomba.
“Kalau kita melihat kenapa Pramudya Ananto yang dari Teknik Elektro ini sangat khusus. Sejak SD memang mengikuti matematika dan selalu rajin dan kemarin mendapat first prize tahun 2015 (di International Mathematic Competition) itu kan sebenarnya sebelumnya pernah ikut (olimpiade MIPA),” tutur Rini.
Senada dengan tim ON MIPA, Muhammad Fahrurifqi, M.Cs., dosen pembimbing KOMATIK (Komunitas Mahasiswa TIK) UGM juga mendukung upaya jemput bola calon-calon mahasiswa yang di masa SMA nya adalah peraih kejuaraan di bidang Olimpiade Komputer dan TIK. “Sebenarnya saya sangat setuju dengan pak Budi, kendala kita sejak awal kompetisi adalah inputnya,” ujarnya.