Cerdas, semangat, dan inspiratif, tiga kata itulah yang kiranya tepat untuk menggambarkan secara singkat Dianty Widyowati Ningrum, mahasiswi berprestasi UGM tahun 2015. Ia juga mewakili UGM dalam ajang yang sama di tingkat nasional dan berhasil menyabet juara III di perhelatan tahunan itu. Namun siapa sangka, ternyata mahasiswi yang biasa dipanggil Dianty tersebut ternyata memiliki kisah yang sulit dipercaya.
“Sampai saat ini pun saya tidak merasa bahwa saya adalah mahasiswa yang pintar atau mahasiswa yang secara akademik bagus. Sejak SD hingga SMA saya jarang sekali masuk (peringkat) sepuluh besar, bahkan di SMP saya pernah (memperoleh) rangking 34 dari 40 orang. Jagi, gagal itu sudah biasa. Maksudnya, berada di bawah itu bagi saya sudah biasa. Jadi kalaupun saya habis dari atas lalu ke bawah lagi saya sudah biasa karena ya udah makanan dari dulu.” Jelas gadis kelahiran Magelang tersebut. Bahkan ia mengaku sering dipanggil ke ruang BK, dan juga sering diwajibkan untuk mengikuti pelajaran tambahan bagi anak-anak yang dinilai ‘kurang’. “Jika sekarang saya pergi ke sekolah saya dulu dan bilang kalau saya adalah mapres UGM pasti mereka tidak akan percaya,” ujarnya.
Dianty mengaku bahwa menjadi mawapres UGM bukanlah cita-cita yang sejak awal sudah ia rencanakan. “Saya nggak daftar langsung karena saya juga bukan mapres (fakultas) Isipol, jadi saya diminta daftar lewat close recruitment oleh temen-temen komapres pada saat itu.” Jelas Dianty. Mahasiswi yang pernah menjabat sebagai ketua di UKM EDS (English Debate Society) tersebut lalu menjelaskan bahwa sejak masuk UGM ia sudah berkeinginan untuk berbuat sesuatu, namun belum spesifik pada saat itu.
Setelah lulus, mahasiswi yang kini tengah menyelesaikan skripsinya di Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan ini ingin mendirika sebuah institut bahasa dan budaya di Indonesia. Selain itu dia juga bercita-cita ingin mendirikan sebuah NGO (Non Government Organization) yang concern terhadap isu-isu anak jalanan dan kesetaraan gender. Isu-isu itu juga lah yang ia angkat dalam idenya tentang social data management yang ia presentasikan di hadapan juri mawapres nasional. Selamat berkarya, Dianty!