Mahasiswa UGM yang dinyatakan tidak lulus dalam kegiatan PPSMB diwajibkan mengikuti Dharma Bhakti Kampus (DBK). Kegiatan DBK 2018 dilaksanakan mulai Rabu (21/2) diawali dengan workshop dan pembagian tugas oleh dosen dari masing-masing fakultas, koordinator gugus, dan task force. Mahasiswa yang mengikuti DBK diberikan tugas untuk memenuhi jumlah jam absen dan mengganti tugas yang tidak dikerjakan selama PPSMB.
Koordinator gugus yang berasal dari Fakultas Biologi Rahadian Yudo Hartantyo, M.Sc. mengatakan bahwa ada kriteria yang digunakan untuk menentukan tingkat kelulusan dalam PPSMB. Ia juga mengatakan bahwa tugas yang diberikan pada mahasiswa yang tidak lulus PPSMB Fakultas disesuaikan dengan penugasan dan tujuan PPSMB. “Penugasan juga disesuaikan dengan keilmuan mahasiswa sehingga berguna dalam kuliah yang mereka ikuti,” katanya.
Tak hanya itu, mahasiswa yang dinyatakan tidak lulus pada PPSMB Universitas akan diwajibkan mengikuti seminar dan membuat tugas yang menyangkut identitas UGM. Sedangkan, mahasiswa yang tidak lulus dalam softskill akan mengikuti seminar dan mengerjakan tugas yang berkaitan dengan pengembangan softskill yang mereka miliki. Hal ini membuat mahasiswa yang absen dalam kegiatan PPSMB mampu memahami materi yang diberikan saat kegiatan tersebut berlangsung.
Dr. drh. R. Gagak Donny Satria, M.P., M.Pd selaku Kasubdit Pengembangan Karakter Mahasiswa melaporkan bahwa DBK 2018 diikuti oleh 175 mahasiswa dari seluruh fakultas. Peserta DBK harus mengikuti kegiatan ini secara maraton selama satu setengah bulan untuk memenuhi jam sehingga bisa dinyatakan lulus. Dr. Gagak juga mengatakan bahwa pada DBK 2018 kegiatan akan dilakukan di luar jam kerja selama hari masuk. “Hal ini berdasarkan pengalaman tahun lalu karena dulu ketika kegiatan dilakukan pada akhir pekan, banyak mahasiswa yang tidak hadir dan akibatnya mereka tidak lulus,” ungkapnya.
Direktur Kemahasiswaan Dr. R. Suharyadi, M.Sc. mengatakan bahwa kegiatan PPSMB dan DBK memberi sebuah warna bagi karakter mahasiswa UGM. Menurutnya DBK dan PPSMB merupakan kegiatan untuk membentuk karakter mahasiswa agar memiliki karakteristik UGM. “Mungkin perubahannya bukan sekarang. Setelah kalian diwisuda kita lihat apakah ada perubahan yang diberikan oleh kampus ini pada mahasiswanya,” ungkapnya saat membuka workshop DBK di Auditorium FKH UGM.
Dr. Suharyadi juga mengatakan bahwa mulanya kegiatan PPSMB dan DBK menghadapi banyak kesulitan karena belum ada kesepakatan terkait konsep dalam teknis pelaksanaannya. Namun, seiring waktu berjalan kegiatan ini menjadi jauh lebih baik sehingga menjadi sebuah kebanggaan dan diadopsi oleh beberapa universitas. “Melalui kegiatan ini kita memperlihatkan bahwa untuk kali pertama kekerasan tidak diajarkan di universitas. Selama ini ospek masih dilegalkan sehingga banyak mahasiswa yang mendapat kekerasan yang luar biasa,” tuturnya.
Tidak hanya itu, Dr. Suharyadi juga mengatakan bahwa PPSMB dan kegiatan di dalamnya merupakan sesuatu yang memiliki kompetensi tapi tidak memiliki sks. “Saya yakin apa yang Anda kerjakan ini tidak sekadar menjadi sertifikat saja, tapi juga membuat kalian mengabdi pada kampus ini,” ungkapnya. Dr. Suharyadi menambahkan bahwa pendidikan karakter seperti PPSMB harusnya tidak hanya dilakukan di awal saja. “Akan lebih baik jika nantinya ada kegiatan pengembangan karakter yang bisa dilakukan dengan tetap dan berlanjut,” pungkasnya.